Seputar Puasa Lengkap Mulai dari Niat Rukun Pengertian Larangan Kifarat dan Lainnya, Kamu Perlu Tahu

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM) -Puasa adalah salah satu ibadah penting dalam agama Islam. Selama bulan Ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia berpuasa dari fajar hingga maghrib. Puasa adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kesadaran spiritual. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang puasa dalam agama Islam.

Pengertian Puasa

    Puasa dalam bahasa Arab disebut "Sawm", dan dalam arti luas, puasa adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari fajar hingga maghrib. Dalam agama Islam, puasa diwajibkan untuk dilakukan oleh semua umat Muslim yang sehat, dewasa, dan mampu. Puasa dimulai pada bulan Ramadhan, yang merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam.

Tujuan Puasa

    Tujuan utama dari puasa dalam agama Islam adalah untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Puasa juga memiliki manfaat fisik dan psikologis yang signifikan. Dalam aspek fisik, puasa membantu membersihkan tubuh dari racun dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Sedangkan dalam aspek psikologis, puasa membantu meningkatkan kekuatan pikiran dan kepekaan sosial.

Aturan Puasa

    Ada beberapa aturan yang harus diikuti saat berpuasa dalam agama Islam. Salah satunya adalah memulai puasa sejak fajar dan berakhir pada waktu maghrib. Selama puasa, umat Muslim diwajibkan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual. Selain itu, umat Muslim juga diwajibkan untuk meningkatkan amalan kebaikan, seperti membaca Al-Quran, berdoa, dan melakukan amal sosial.

Pahala Puasa

    Menurut agama Islam, puasa memiliki banyak pahala bagi umat Muslim yang melakukannya dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Di antara pahala puasa adalah ampunan dosa, meningkatkan kesabaran dan keimanan, dan membantu membentuk karakter yang lebih baik. Puasa juga memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.

Akhir Puasa

    Puasa diakhiri dengan perayaan Idul Fitri, yang menjadi momen penting dalam agama Islam. Idul Fitri biasanya dirayakan selama tiga hari dengan berkumpul bersama keluarga dan teman-teman, memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, dan mempererat hubungan sosial. Idul Fitri juga menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk memaafkan kesalahan orang lain dan meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan.

    Dalam agama Islam, puasa adalah salah satu ibadah yang sangat penting dan memiliki banyak manfaat bagi umat Muslim. Selain meningkatkan kesadaran spiritual dan ketaqwaan kepada Allah SWT, puasa juga membantu meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis. Dengan memahami aturan dan manfaat puasa, umat Muslim dapat melaksanakan

Waktu yang Diharamkan Berpuasa

      Termasuk rukun Islam keempat, puasa merupakan salah satu ibadah yang yang harus dilakukan oleh umat Islam. Puasa adalah menahan lapar dan haus dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari dengan niat tertentu. Kendati puasa bernilai pahala, ibadah ini tidak boleh dilakukan secara serampangan. Pasalnya, ada beberapa waktu yang memang tidak boleh atau haram untuk berpuasa di dalamnya. Syeikh Muhammad Qosim Al Ghazi dalam Fathul Qarib menuturkan ada lima hari dalam setahun yang diharamkan untuk berpuasa.

Berikut penjelasan lebih lengkapnya: 1. Hari Raya Idul Fitri Hari raya Idul Fitri jatuh pada 

1 Syawal setiap tahunnya. Pada saat itu, haram hukumnya bagi umat Islam untuk menjalani puasa apa pun. Umat Islam baru diperkenankan untuk berpuasa di hari berikutnya atau 2 Syawal. Baca juga: Pengertian Puasa dan Jenis-jenisnya 

2. Hari Raya Idul Adha Selain Idul Fitri, Idul Adha atau 10 Zulhijah juga menjadi waktu yang tidak diperbolehkan untuk berpuasa. Apalagi, Idul Adha merupakan hari penyembelihan hewan kurban, sehingga memungkinkan bagi umat Islam untuk menikmatinya. 

3. Hari Tasyriq Terakhir, hari yang diharamkan untuk berpuasa adalah hari Tasyriq. Hari Tasyriq menurut ulama fiqih merupakan tiga hari setelah Idul Adha atau jatuh pada 11, 12, dan 13 Zulhijah.

    Banyak hadis yang menjelaskan mengenai alasan di balik larangan puasa di hari Tasyriq, salah satunya diriwayatkan oleh Aisyah RA. "Diriwayatkan dari Aisyah dan dari Salim dari Ibn Umar, keduanya berkata: tidak diberi keringanan di hari tasyriq untuk berpuasa kecuali jika tidak didapati hewan sembelihan (hadyu)." (HR. Bukhari) 

Hari-hari yang diperbolehkan untuk berpuasa 

   Selain Ramadhan, tulis kompas.com, umat Islam memiliki banyak pilihan untuk menjalani ibadah puasa sunah. Puasa sunah adalah puasa yang bernilai pahala bagi yang melakukannya, tetapi tidak berdosa bagi yang meninggalkannya. Ada banyak jenis puasa sunah, di antaranya adalah:

 Puasa Senin-Kamis 

Puasa Tasu'a (9 Muharram) 

Puasa Asyura (10 Muharram) 

Puasa di bulan Syakban 

Puasa Syawal 

Puasa Ayyamul Bidh (puasa tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah) 

Puasa Tarwiyah (8 Zulhijah) 

Puasa Arafah (9 Zulhijah) 

   Semua jenis puasa tersebut memiliki pahala dan keutamaan masing-masing, serta kerap dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. 

   Siapa sih yang tidak mengenal ibadah puasa?  pasti sudah tahukan kalau ibadah puasa ini adalah ibadah yang mengharuskan manusia yang melaksanakan ibadah ini untuk menahan lapar, serta segala sesuatu menurut kepercayaan masing-masing.

    Mengapa demikian? Karena diketahui bahwa pelaksanaan ibadah puasa dinilai berbeda tergantung dengan kebijakan serta tata cara yang ditetapkan kepercayaan tertentu. Ibadah puasa kerap dilakukan dalam rangka untuk memenuhi ibadah yang ada dalam suatu agama atau kewajiban yang harus dilaksanakan umat dalam kepercayaan suatu agama.

    Di agama Islam sendiri, puasa menjadi ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umatnya. Hal ini dibuktikan dengan masuknya ibadah puasa dalam urutan ketiga di Rukun Islam. Puasa wajib yang ada di agama islam biasanya disebut dengan Puasa Ramadhan.

   Sama seperti namanya, Puasa Ramadhan ini dilaksanakan ketika sudah memasuki tanggal 1 bulan Ramadhan menurut tanggalan hijriyah. Secara harfiah, pelaksanaan puasa Ramadhan ini dilakukan selama satu bulan penuh dalam bulan Ramadhan, yang artinya sekitar 29 sampai 30 hari.

     Seperti yang diketahui dalam melaksanakan ibadah puasa di agama islam, umat muslim diberi kewajiban untuk menahan diri dari rasa lapar, haus, serta berbagai hal yang memiliki potensi membatalkan ibadah puasa. Periode pelaksanaan puasa sendiri dimulai dari saat matahari terbit ditandai dengan imsak dan diakhiri ketika matahari sudah terbenam ditandai dengan dikumandangkannya adzan maghrib.

   Dalam artikel ini akan mengajak kalian semua untuk mempelajari mengenai pengertian puasa dalam agama islam dengan beberapa pengetahuan lain, seperti jenis puasa dalam agama islam, syarat puasa, rukun puasa, hal yang disunnahkan saat berpuasa, hal-hal yang dapat membatalkan puasa, waktu haram berpuasa, orang yang boleh membatalkan puasa, serta hikmah berpuasa dalam agama islam.

Jenis Puasa Dalam Agama Islam

Dalam agama islam, ibadah puasa dibagi menjadi dua hukum, yaitu jenis puasa dengan hukum wajib dan yang kedua adalah jenis puasa dengan hukum Sunnah.

1. Puasa dengan Hukum Wajib

Puasa wajib atau shaum wajib merupakan jenis puasa yang harus dilaksanakan oleh umat muslim. Apabila seorang umat muslim berhasil melaksanakan puasa jenis ini maka ia akan mendapatkan pahala. Sebaliknya apabila seorang umat muslim tidak melaksanakan puasa jenis ini maka ia akan mendapatkan dosa atau ganjaran. Berikut ini daftar puasa yang termasuk dalam puasa wajib.

Puasa wajib Ramadhan

Puasa yang disebabkan karena bernazar

Puasa denda atau kafarat

Puasa ganti atau qadha

2. Puasa dengan Hukum Sunnah

Puasa Sunnah atau shaum Sunnah merupakan jenis puasa yang apabila dikerjakan maka akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa dan pahala. Berikut ini daftar puasa yang termasuk dalam puasa Sunnah.

Syarat-syarat Wajib dan Sah Puasa Dalam Agama Islam

Umat muslim dalam menjalankan ibadah puasa pastilah memiliki beberapa syarat-syarat wajib menurut syariat islam yang harus terpenuhi. Berikut ini syarat wajib ibadah puasa menurut syariat islam.

1. Syarat Wajib Puasa Menurut Syariat Islam

Beragama Islam dan menyembah Allah SWT.

Sudah baligh atau sudah cukup umur.

Kondisi akalnya sehat dan waras.

Keadaan rohani dan jasmani yang sehat.

Bukan termasuk musafir yang sedang melakukan perjalanan panjang dan jauh.

Dalam keadaan yang suci dari hadas besar.

Memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan puasa.

2. Syarat Sah Puasa Menurut Syariat Islam

Beragama islam dan tidak murtad.

Dapat membedakan yang mana yang baik dan buruk (mumayyiz)

Tidak dalam keadaan najis yang suci dari nifas dan haid (khusus wanita)

Memiliki pengetahuan mengenai waktu diterimanya puasa.

Rukun-rukun Puasa Dalam Agama Islam

Ibadah puasa dalam agama islam memiliki beberapa rukun puasa yang diambil dari syariat islam. Berikut ini rukun puasa dalam agama islam.

1. Islam

Rukun pertama dalam melaksanakan ibadah puasa di agama islam adalah sesroang haruslah memeluk atau beragama islam seperti yang telah disampaikan pada syarat berpuasa menurut syariat islam.

2. Membaca niat

Membaca niat serta doa puasa merupakan tahapan yang sangat penting untuk dilakukan sebelum menjalankan ibadah puasa. Umat muslim akan membaca niat sebelum mereka menjalankan ibadah puasa tepatnya setelah mereka melaksanakan sahur atau juga dapat dilakukan sebelum fajar tiba. Ada beberapa hadist yang menyatakan bahwa pembacaan niat dan doa dapat dilakukan malam harinya sebelum tidur.

3. Menahan serta mengontrol diri

Ketika berpuasa, umat muslim menahan serta mengontrol diri mereka dari segala hawa nafsu baik hawa nafsu makanan, minuman, kegiatan seksual, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.

Hal-hal yang Membatalkan Puasa Dalam Agama Islam

Ibadah puasa dalam agama islam memberikan beberapa hal yang dapat membatalkan puasa menurut syariat puasa dalam agama islam. Berikut ini beberapa hal yang dapat membatalkan puasa dalam agama islam.

 

Makan, minum atau memasukkan benda dengan sengaja ke dalam lubang atau rongga tubuh,

Melakukan kegiatan seksual,

Menyengajakan muntah,

Menyengajakan keluarnya air mani,

Tiba-tiba haid atau nifas,

Kehilangan akal (gila atau tiba-tiba pingsan),

Keluar dari agama islam dan memeluk agama lain (murtad).

Ada beberapa hal-hal yang membatalkan puasa apabila dilakukan dengan tidak sengaja maka tidak akan batal batal puasanya, seperti apabila tidak sengaja makan atau minum serta melakukan kegiatan seksual.

Keutamaan dan Hikmah Berpuasa Dalam Agama Islam

Berpuasa dalam agama islam apalagi berpuasa Ramadhan yang diwajibkan oleh Allah merupakan ibadah yang ditujukan agar umat islam selalu menghamba hanya kepada Allah SWT.

   Ibadah puasa memiliki beberapa keutamaan menurut syariat islam, seperti umat muslim yang melaksanakan puasa akan melewati sebuah pintu di surga yang bernama Rayyan, pintu surga tersebut adalah pintu yang di khususkan untuk muslim yang berpuasa. Selain itu, Allah akan memberi kelebihan kepada muslim yang berpuasa dengan menjauhkannya dari api neraka sejauh 70 tahub perjalanan masa akhiratnya.

   Berikut beberapa hikmah yang diperoleh dari melaksanakan ibadah puasa dalam agama islam.

 

1. mendapatkan beberapa pendidikan rohani,

2. memperbaiki cara bergaul seorang muslim,

3. bermanfaat untuk kesehatan.

Jadi itulah beberapa informasi yang dapat kami berikan mengenai Puasa secara umum.

6 Kondisi yang Diperbolehkan untuk Membatalkan Puasa

   Bulan Ramadhan menjadi bulan spesial dan penuh berkah. Di bulan ini umat muslim menjalankan ibadah puasa, tarawih dan memperbanyak tadarus.

Perintah untuk berpuasa juga tertuang dalam Al Qur'an dalam surat Al Baqarah ayat 183:

??????????? ?????????? ????????? ?????? ?????????? ?????????? ????? ?????? ????? ?????????? ???? ?????????? ??????????? ????????????

Arab- latin: y? ayyuhalla??na ?man? kutiba 'alaikumu?-?iy?mu kam? kutiba 'alalla??na ming qablikum la'allakum tattaq?n

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Berikut 6 kondisi yang diperbolehkan untuk membatalkan puasa:

1. Sakit

Allah Swt berfirman:

"Dan siapa dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan maka menggantinya di hari lain." (QS Al-Baqarah ayat 85).

Ibnu Hazm menyebutkan bahwa seluruh ulama sepakat (ijma') bahwa mereka yang sakit boleh untuk tidak berpuasa. Namun tidak semua bentuk sakit bisa menjadi alasan diperbolehkannya berbuka. Ada kriteria sakit yang diperbolehkan berbuka:

 

- Sakit yang dikhawatirkan karena berpuasa ia akan bertambah parah.

- Atau sakit yang dikhawatirkan karena sebab puasa akan terlambat sembuhnya.

   Dikutip dalam buku berjudul 'Batalkah Puasa Saya?' karya Muhammad Saiyid Mahadir, Lc. MAg, Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani mengatakan:

  "Ada tiga keadaan sakit: Pertama jika penyakit diprediksi kritis yang membolehkannya tayammum, maka penderitanya makruh untuk berpuasa. Ia diperbolehkan tidak berpuasa.

   Kedua, jika penyakit kritis itu benar-benar terjadi atau kuat diduga kritis, atau kondisi kritisnya dapat menyebabkan kehilangan nyawa atau menyebabkan disfungsi salah satu organ tubuhnya, maka penderita haram berpuasa. Ia wajib membatalkan puasanya.

   Ketiga, kalau sakit ringan yang sekiranya tidak sampai keadaan kritis yang membolehkannya tayammum, penderita haram membatalkan puasanya dan tentu wajib berpuasa sejauh ia tidak khawatir penyakitnya bertambah parah.

   Adapun jika sakit yang dimaksud menahun di mana kemungkinan untuk sembuh sudah susah, terlebih jika penderita sudah tua, maka dalam Al Qur'an dijelaskan:

"Bagi mereka yang tidak mampu, maka boleh tidak berpuasa dengan keharusan memberi makan kepada orang-orang miskin." (QS. Al-Baqarah: 184)

2. Musafir

Allah Swt berfirman:

"Dan siapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan makan menggantinya di hari lain." (QS Al-Baqarag: 184)

Bolehnya berbuka bagi mereka yang sedang dalam perjalanan jauh tersebut didukung dengan data bahwa dahulunya nabi dan sahabat juga pernah berbuka karena alasan safar ini.

 

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Saw pergi menuju Makkah dalam bulan Ramadhan dan beliau berpuasa. Ketika sampai di daerah Kadid, beliau berbuka yang kemudian orang-orang turut pula berbuka." (HR. Bukhari)

3. Hamil dan Menyusui

   Diperbolehkan untuk tidak berpuasa bagi ibu hamil dan menyusui didasarkan kepada hadits Rasulullah Saw berikut:

"Sesungguhnya Allah azza wajalla meringankan musafir dari berpuasa, mengurangi (rakaat) sholat dan meringankan puasa dari wanita yang hamil dan menyusui." (HR. Ahmad)

4. Lanjut Usia

Seseorang yang sudah lanjut usia dan memang sudah tidak kuat untuk berpuasa diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Atas mereka berlaku ayat:

"Bagi mereka yang tidak mampu, maka boleh tidak berpuasa dengan keharusan memberi makan kepada orang-orang miskin." (QS. Al Baqarah: 184).

5. Pekerja Berat

Saat menjelaskan perihal sakit dan para pekerja berat, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani menuliskan status hukumnya dengan penderita sakit adalah buruh tani, petani tambak garam, buruh kasar dan orang-orang dengan profesi seperti mereka sama dengan orang sakit. Artinya kondisi pekerja berat itu tidak serta merta dari awal sudah boleh berbuka. Jika terdapat kondisi tertentu yang kritis membuat mereka celaka barulah boleh berbuka.

6. Wanita Haidh dan Nifas

 

 

Sama seperti sholat, puasa juga wajib ditinggal sementara oleh wanita yang sedang haid atau nifas, hanya saja atas kedua wajib mengganti (meng-qadha) puasa yang ditinggalkan tersebut pada hari-hari lain selain Idul Fitri.

Rasulullah Saw bersabda:

"Dahulu di zaman Rasulullah Saw kami mendapatkan haidh. Maka kami diperintahkan untuk mengganti puasa." (HR. Muslim).

Kifarat 

Kifarat puasa adalah sebuah konsep dalam agama Islam yang mengacu pada pembayaran atau penggantian puasa yang tidak dilakukan atau ditebus dengan tindakan lain. 

Bentuk Kifarat Puasa

    Ada beberapa bentuk kifarat puasa yang dapat dilakukan oleh umat Muslim, di antaranya adalah:

Membayar fidyah: Jika seseorang tidak mampu melakukan puasa karena alasan kesehatan atau usia lanjut, maka ia dapat membayar fidyah sebagai pengganti puasa. Fidyah merupakan pembayaran yang dilakukan untuk makanan atau pakaian yang diberikan kepada orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan dari puasa.

   Mengganti puasa: Jika seseorang tidak melakukan puasa karena alasan yang dapat diatasi, seperti lupa atau sakit sementara, maka ia harus mengganti puasa yang ditinggalkan. Puasa yang ditinggalkan dapat diganti pada hari-hari lain setelah bulan Ramadhan.

   Membayar kaffarah: Jika seseorang tidak melakukan puasa dengan sengaja tanpa alasan yang sah, maka ia harus membayar kaffarah sebagai bentuk penebusan. Kaffarah adalah membayar harga untuk memberi makan orang miskin atau melakukan puasa selama dua bulan berturut-turut. Jika seseorang tidak mampu membayar kaffarah, maka ia harus melakukan puasa selama tiga hari berturut-turut.

  Makna Kifarat Puasa

    Konsep kifarat puasa memiliki makna yang sangat penting dalam agama Islam. Dengan melakukan kifarat puasa, seseorang dapat memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Selain itu, kifarat puasa juga dapat membantu memperkuat iman dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Kesimpulan

    Dalam agama Islam, puasa adalah salah satu ibadah yang sangat penting dan diwajibkan bagi umat Muslim. Namun, jika seseorang tidak dapat melakukan puasa karena alasan tertentu, maka ia dapat melakukan kifarat puasa sebagai bentuk penebusan. Kifarat puasa dapat dilakukan melalui pembayaran atau penggantian puasa yang telah ditinggalkan atau tidak dilakukan. Dengan melakukan kifarat puasa, seseorang dapat memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Semoga bermanfaat.Walallahubishowab

Dikutip dan disadur dari berbagai sumber